Sedikit Info Seputar
Cak Nun: Kalau Indonesia Bukan Negara Agama, Apa Gunanya Sila Ketuhanan ?
Terbaru 2017
- Hay gaes kali ini team Jaringan Gamer Indonesi, kali ini akan membahas artikel dengan judul Cak Nun: Kalau Indonesia Bukan Negara Agama, Apa Gunanya Sila Ketuhanan ?, kami selaku Team Jaringan Gamer Indonesi telah mempersiapkan artikel ini untuk sobat sobat yang menyukai Jaringan Gamer Indonesi. semoga isi postingan tentang
Artikel Berita,
Artikel Islam,
Artikel Kabar,
Artikel Muslim,
Artikel Terkini, yang saya posting kali ini dapat dipahami dengan mudah serta memberi manfa'at bagi kalian semua, walaupun tidak sempurna setidaknya artikel kami memberi sedikit informasi kepada kalian semua. ok langsung simak aja sob
Judul:
Berbagi Info Seputar
Cak Nun: Kalau Indonesia Bukan Negara Agama, Apa Gunanya Sila Ketuhanan ?
Terbaru
link: Cak Nun: Kalau Indonesia Bukan Negara Agama, Apa Gunanya Sila Ketuhanan ?
Berbagi Cak Nun: Kalau Indonesia Bukan Negara Agama, Apa Gunanya Sila Ketuhanan ? Terbaru dan Terlengkap 2017
“Kalau ada orang Islam mau menggunakan haknya menjalankan syariat, langsung dicap sebagai pihak yang akan menghidupkan posisi Negara agama. Bagaiman ini ? Logikanya salah kaprah. Tidak paham apa itu agama. Bangsa ini sudah jelas menggunakan Sila Ketuhan yang Maha Esa, lha kalau tidak pakai pedoman agama, lantas pakai pedoman apa ? Apa gunanya Sila Ketuhan Yang Maha Esa “? Tanya Cak Nun.
“Logika sudah tidak karu-karuan. Apapun kalau tidak menguntungkan kelompoknya, akan dianggap salah. Dan melanggar. Ukurannya tidak jelas,” tambahnya.
Maka Cak Nun mengajak asah logika jamaah. “Saya coba secara sederhana saja. Kalau ada orang bilang, misalnya, pihak A mengatakan harga ini Rp 70 ribu. Ini murah sekali. Sementara pihak B mengatakan harga ini Rp 50 ribu, ini yang murah. Coba perhatikan, sama-sama menggunakan kata MURAH, tetapi sudut pandangnya berbeda, “
Maka dalam konteks lain logika itu dipakai, Bahas NKRI atau Kebhinekaan, juga sama. Kelompok A mengatakan cinta NKRI, dan menyebut kelompok lain anti NKRI.
“Mereka mengaku paham kebhinekaan tetapu mereka menolak adanya kebhinekaan. Parah kan. Mengaku menjunjung tinggi kebhinekaan tetapi mereka menolak Islam, lha Islam itu kan bagian besar dari bangsa ini sehingga disebut bhineka.”
Sumber : DK/MEPNews.id [Sujanews.com]